Aku Di Perkosa Tetanggaku Di Dapur

Aku Di Perkosa Tetanggaku Di Dapur

Cerita Dewasa Terbaru - Sesudah menikah aku langsung mengikuti suami tinggal di Ibu Kota Jakarta. Sebagai pegawai negeri sipil suamiku hanya bisa kontrak rumah petak untuk tempat kita berteduh dan memiliki alamat untuk pulang. Sangat beda rasanya rumah di kota asalku Salatiga dimana hubungan antar manusia masih demikian kental dan saling manusia memanusiakan antara satu terhadap yang lain. Sementara di Jakarta yang aku rasakan pertemuan antar manusia semata-mata lebih didorong oleh adanya kebutuhan duniawi. Hubungan akan berarti baik apabila seseorang bisa memberikan manfaat dunia lebih besar dari yang lain.

Di Jakarta orang lebih berhitung pada masalah jumlah dengan mengorbankan mutu. Kalau aku bisa memberi lebih banyak dari yang lain berarti aku lebih baik dari yang lain, dan pantas menerima sikap hormat yang lebih tinggi dari yang lain.Demikianlah suamiku yang dosen Universitas Negeri yang notabene pegawai negeri dengan embel-embel Ir. di depan namanya plus MM di belakangnya tak mampu meraih penampilan dan nilai yang layak di tengah masyarakat di sekitarku.

Keluarga Mas Aldo yang penjaga gudang di daerah Cakung yang mengontrak petak di sebelah kananku rumahku lebih memiliki nilai karena tampilan dunianya jauh lebih baik dari tampilan kita. Itulah kenyataan metropolitan yang hingar bingar dan gegap gempita ini. Kebutuhan MCK (mandi, cuci dan kakus) kita berhimpitan hanya dibatasi oleh selembar gedek yang rawan bolong-bolong. Hanya sikap morallah yang membatasi kita dalam arti yang lebih jauh. Bagi kita, khususnya bagi aku dan Merry istri Mas Aldo tetangga sebelah, sumur adalah segala-galanya.Hampir 90% waktu kita habiskan di seputar sumur dan MCK-nya itu.

Suami kita masing-masing sibuk dengan pekerjaannya. Bedanya kalau suamiku, Mas Toni, seharian siang dia gag ada di rumah, sementara kalau Merry seharian malamnya suaminya jaga gudang di Cakung. Antara para suami kita praktis jarang jumpa berpapasan karena waktu kesibukkannya yang terbalik. Sementara kita para istri juga kesibukan melayani suaminya jatuh pada waktu yang berbeda pula.

Sebagai istri muda, Merry baru keluar dari kamarnya menuju ke sumur baru sekitar jam 11 siang. Tentu dia harus siap melayani berbagai kebutuhan suaminya yang baru pulang setiap jam 6 pagi itu. Dan aku sendiri sebagaimana yang lain bercengkerama dengan suamiku pada malam harinya sepulang dari pekerjaannya. Kemungkinan penyimpangan hanya terjadi pada saat-saat tertentu, misalnya salah satu dari pasangan di antara kita ada yang sakit atau bepergian atau karena sebab yang lain. Suasana seperti itu juga terjadi di keluarga tetangga sekitar kita.

Pada pagi hari rata-rata sepi. Anak-anak mereka pergi kesekolah dan para suami hampir seharian penuh mencari sandang pangan.Sudah 5 hari Merry pulang ke desanya dengan maksud menjemput adiknya untuk diajak membantu di Jakarta. Ku lihat Mas Aldo menyiapkan sendiri segala kebutuhan sehari-harinya yang mulai dia lakukan sekitar jam 10 atau 11 pagi, seusai tidur sepulang jaga malam. Dia mencuci pakaiannya, membersihkan rumah, mencuci perabot dapur dan sebagainya. Mau tak mau aku sering berpapasan di seputar sumur yang memang kita pakai berdua keluarga. Walaupun begitu kita jarang saling bicara. Aku lebih senang begitu. Aku takut omongan tetangga yang gampang usil.

Mas Aldo hampir seharian selalu berpakaian minimum dengan alasan udara Jakarta yang panas. Tanpa “ewuh pekewuh” dia selalu hanya bercelana pendek dan melepas bajunya. Aku suka mencuri pandang.Postur badannya yang cukup tinggi nampak kekar berotot, sesuatu hal yang memang diperlukan untuk tugas semacam penjaga gudang dan semacamnya.Pagi itu aku sedang masak di dapurku yang sempit. Panasnya udara Jakarta memaksa aku sendiri mondar-mandir di dapur dan sumur hanya menggunakan kutang dan kain yang kuikatkan se-enaknya. tiba-tiba Mas Aldo muncul di pintu.Mbakyu Desty, aku mau minta tolong sedikit, nih”, sambil terus nyelonong memasuki rumahku. Aku kaget, mau apa dia. Kulihat wajahnya kemerahan dengan matanya yang seperti kucing lapar melihat ikan asin menatap mataku. Aku merasakan sesuatu yang gag begitu enak. Adakah yang sangat penting sehingga dia harus masuk ke rumahku tanpa permisi lebih dahulu? Antara khawatir dan ingin menolong tetangga aku bangun berdiri mengikuti langkahnya,Ada apa, Mas Aldo?”, aku melihat matanya yang semakin menakutkanku.

Jangan marah, ya Mbak. Masalahnya aku bener-bener gag tahan, nih.Merry kan sudah 5 hari pulang kampung. Aa.. kkuu.., mm.. Sorry.., ya, mbak, tadi pagi saat pulang jaga malam aku mendengar mbak dan Mas Toni masih ada di kamar sedang asyik”.Deg, hatiku. Kenapa Mas Aldo teganya ngomong begitu padaku. Aku gag sempat berpikir lebih jauh saat dengan serta merta dia meraih badanku dengan tangannya yang kuat membungkam mulutku kemudian beringsut merebahkan aku ke kasur kamarku yang memang hanya terpisah oleh dinding gedek dapurku.dengan sigapnya dia jejalkan gombal dari kantongnya ke mulutku yang aku rasa sudah dia siapkan sebelumnya. Kemudian dengan kekuatan ototnya ditelikungnya tanganku untuk dia ikatkan ke ranjangku. Aku langsung dilanda ketakutan yang amat sangat. Aku ingat suamiku, ingat sanak keluargaku. Mungkinkan Mas Aldo mau membunuhku? Tetapi justru ketakutanku itulah yang membuat aku lemas dan langsung menyerah.mbak Desty gag usah takut, aku gag akan nyakitin mbak, kok. Aku hanya perlu sebentar saja.

Aku sudah pengin bingit, nih. Tadi pagi saat Mas Toni menyebadani mbak Desty aku ngintip dari balik dinding”, dia berbisik dengan tajam ke telingaku untuk meyakinkan bahwa aku gag akan disakitinya,Aku gag tahan, mbak, tolongin aku, Mbak..”, dia langsung merangsek buah dadaku dengan buasnya. Aku melawan karena hal semacam ini tak pernah sama sekali terbit dalam pikiranku dan bayanganku.Aku gag tahan bener, mbak.. Tolongin aku, mbak..”, kini ketiakku dia ruyaki sambil menyedoti dan menciumi habis-habisan.dengan tanganku yang terikat sisa tenagaku sama sekali gag sebanding dengan penjaga gudang berotot ini. dengan kasar penuh nafsu kain penutup badanku dia tarik dan lepasi dengan mudahnya. Tangannya yang kasar dan kokoh itu langsung mengelus-elusi pahaku. Kemudian dengan cepat juga jari-jarinya menyeruak kekemaluanku. Aduh, gag pernah terpikir olehku akan ada lelaki selain suamiku yang menyentuh barang kehormatanku ini. Aku tak begitu saja bisa menerima kenyatan ini. Aku menangis pilu walaupun hanya air mataku saja yang menampakkan tangisku.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sebagai tanda penolakanku akan perbuatan Mas Aldo ini. Aku anggap dia sudah berlaku sangat tak menghormati aku, suamiku, keluargaku. Aku sangat takut akan aib yang akn menimpa kita.Tetapi Mas Aldo terus membisiki aku,Tenang mbak Desty, gag apa-apa. Jangan takut, gag ada yang bakalan tahu. Hanya kita berdua saja yang tahu. Aku berjanji untuk seumur hidupku hanya akan menjadi rahasia kita berdua saja”.Benarkah? Penjaga gudang ini ternyata memang lihay.Benar atau tak kata-katanya itu ternyata mampu memberikan aku kesejukkan, setak-taknya melerai rasa takutku akan kemungkinan dia melukai atau menyakiti badanmu. Seakan aku memiliki pilihan, melawan dengan risiko dia akan bertindak brutal dengan menyakiti aku atau menyerah pasrah dengan risiko aku harus mengikuti dan memenuhi permintaannya. Dan menyadari akan keterbatasanku saat ini pilihan kedua akan memberikan padaku keselamatan fisikku. Hal-hal lain soal nantilah, yang penting aku selamat lebih dahulu.

DIBACA JUGA: KU PECAHKAN KEPERAWANAN ABG 15TAHUN

Kini aku mulai merasakan secara rinci apa yang sedang dan kemungkinan akan dia lakukan padaku.Jari-jarinya yang terus menari-nari di kemaluanku terasa sangat menggelikan saraf-saraf peka birahimu. Aku mulai merasakan kenikmatan. Aku merasakan jari-jari Mas Aldo sangat pintar membangkitkan kehausan birahiku.Melihat aku bersikap menyerah dan pasrah dia semakin ganas melumati ketiak yang kemudian melata bergeser ke leherku kemudian juga ke tepian kupingku.mbak Desty, mbak sangat cantik sekali.Aku tadi pagi mengintip mbak yang sedang digauli Mas Toni, oh, mbak.., aku gag tahan melihat wajah mbak yang menggelinjang menerima kenikmatan dari Mas Toni. Sekarang mbak mesti nyobain kenikmatan dari aku, ya, mbak?”.Kemudian dengan pelan tetapi pasti Mas Aldo membelah selangkanganku. Dia menempatkan badannya tepat di antara selangkanganku. Dan dengan sekejab aku merasakan sesuatu yang hangat panas mendesak-desaki kemaluanku. Aku sudah tahu, itu kemaluannya.Rasa pasrah dan menyerahku hanya memberikan aku satu pilihan, nikmatilah.

Dan aku mencoba mencari kenikmatannya. Saat Mas Aldo terus mendesakkan kemaluannya dengan cara mendorong menaik-turunkan badannya memompakan kemaluannya ke kemaluanku dengan refleks yang aku miliki aku menjemputinya.Aku memutar-mutar bokongku kemudian menaik turunkannya untuk menjemput kemaluannya. Aku merasa mulai gatal di lubang kemaluanku. Aku merasakan mulai mengalirnya cairan birahiku. Dan itu juga langsung diketahui oleh Mas Aldo yang semakin cepat dan keras mendesakkan kemaluannya ke kemaluanku.Dan tanpa ayal lagi, akhirnya seluruh batangan kemaluan Mas Aldo tenggelam dilahap kemaluanku.Hoohh.., aku tak menduga bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan yang sangat luar biasa di pagi hari ini. Kemaluan Mas Aldo yang berada dalam terkaman kemaluanku keluar masuk menggelitiki dinding-dinding peka kemaluanku. Aku menggelinjang, mendesah dan merintih lirih.Aku ikut memompa mengimbamgi pompaan Mas Aldo.Mas Aldo menatapku sesaat sementara kemaluannya terus memompa kemaluanku.

Kemudian dia lepaskan sumpal mulutku untuk selanjutnya dia daratkan bibirnya ke bibirku. Kita saling melumat. Aku merasa sangat kehausan.Lepas dari sumpal itu sungguh melegakan. Dan kini sikapku adalah ingin memberikan sepenuhnya kepuasan kepada Mas Aldo. Aku sudah memasuki gerbang nafsuku sendiri. Aku juga ingin meraih madunya paksaan dan pemerkosaan dia atasku. Aku melumat habis-habisan mulutnya.Aku hisap-hisap lidahnya, aku sedoti ludahnya. Aku mengerang dan meracau.Mas Aldo, Sorryin aku, ya.., aku tadi takut bingit.., Mas Aldo, uuhh.. Kemaluanmu ennaakk bingit.. Mas Aldo, Sorryin mbak Desty, ya.. Mas Tondii.. teruszzhh.. ennhhaakk bingitt..”, dan Aldo terus memompakan kemaluannya ke kemaluanku dengan mantab sekali. Kita sudah meraih irama persanggamaan bersama. Kita sedang mengejar kepuasan puncak dari persanggamaan ini.Akhirnya tali yang mengikat tangankupun dilepaskannya. Kini tak ada lagi pemerkosaan. yang ada adalah kesepakatan bersama untuk meraih puncak nikmat birahi.

Keringat mulai membanjir dari badan-badan kita. Mas Aldo menggenjot dan aku menjemput. Kakiku kunaikkan ke pundaknya hingga kemaluan Mas Aldo terasa mentok menyentuh rahimku. Nikmat yang kurasakan sungguh luar biasa.Dari penyebab awalnya dimana norma sopan dan adab tak lagi dijadikan batasan membuat aku juga bisa berlaku saenakku, kini kurenggut kepala Mas Aldo. Kudekatkan ke wajahku dan kuenyoti bibirnya sambil kujambaki rambutnya. Kemaluanku yang gatalnya semakin gag ketulungan membuat aku jadi buas, binal dan liar tak sebagaimana saat aku bersanggama dengan suamiku selama ini.Aku menggelinjang-gelinjang dengan sangat hebatnya. Aku berteriak histeris tertahan sebagai wujud pelampiasan nafsu birahiku yang tak terkendali ini. Aku ingin dipuaskan sejadi-jadinya. Aku berguling.dengan rambutku yang sudah lepas terurai dari ikatannya dan dengan keringat yang semakin membasah mengucur dari badanku aku tumpakin badan Mas Aldo. Aku desakkan habis-habisan kemaluanku ke kemaluannya untuk menggaruk lebih keras kegatalan di dalamnya. Aku sangat gelisah dan resah menunggu hadirnya orgasmeku.

Setiap kali aku mendongak dan menyibakkan rambutku kemudian kembali menunduk histeris. Tangan-tanganku mencekal gumpalan dada Mas Aldo hingga kuku-kukuku menancap dalam ke dagingnya. Rasa gatal yang sangat mendesaki kemaluanku, aku tahu bahwa tak akan lama cairan birahiku akan tumpah ruah. Aku sudah demikian lupa diriku.

Akhirnya kita sama-sama mencapai kepuasan puncak kita. Cairan hangat yang menyemprot dari kemaluan Mas Aldo  ke dalam kemaluanku langsung disambut dengan muntahan berlimpah cairan birahi kemaluanku. Aku langsung tersungkur sementara kedutan-kedutan kemaluan Mas Aldo belum sepenuhnya usai. Aku masih melamun dalam penyesalan saat Mas Aldo  bangkit dari ranjangku. Dia mencium keningku dan berlalu. Kudengar bisikan terima kasih dari bibirnya. Saat aku ingin sekali lagi menangkap untuk mengecupnya dia sudah hilang di balik pintu.

Siang itu aku tak masak. Rasa penat disekujur badanku membuat aku bermalasan sepanjang hari itu. Saat Mas Toni pulang kulihat dia membawa bungkusan plastik di tangannya. Dia membawa mie goreng dan fuyunghai kesukaanku. Seakan aku melupakan apa yang sudah terjadi siang tadi kini aku duduk makan bersama suamiku dengan perasaan penuh galau. Pada Mas Toni aku sampaikan keinginanku untuk beberapa waktu aku pulang mudik. Aku bilang sudah kangen sama sanak famili di Salatiga. Mas Toni menatap aku, menatap mataku. Dia berusaha membaca relung hatiku. Dia setuju aku pulang.Dia menyadari bahwa aku masih dalam proses adaptasi dalam menyelami kehidupan Jakarta.

Dia akan menjemputku saat kembali ke Jakarta nanti.Rupanya permintaanku pulang dia sambut dengan sebuah rencana yang memberikan kejutan bagiku. Sesudah barang tiga minggu dengan penuh rindu aku menunggu jemputan Mas Toni, dia menelponku. Dia bilang bahwa tak bisa datang menjemputku karena kesibukkan di kampusnya. Tetapi dia sudah mengirimkan 5 lembar tiket Garuda yang bisa aku ambil di kantor Garuda Semarang. Dia minta supaya aku mengajak serta kedua orang tuaku dan 2 orang adikku yang sedang liburan sekolah.

Sesuai dengan hari yang ditetapkan Mas Toni menjemputku di bandara Sukarno Hatta dengan sebuah Kijang baru. Aku heran ternyata Mas Toni  bisa menyopir mobil sendiri.Dan kejutan yang paling hebat dari Mas Toni adalah saat mobil Kijang ini tak meluncur ke rumah yang kukenal sebagai rumah kita selama ini. Melalui jalan tol Jagorawi Mas Toni membawa mobilnya ke kompleks perumahan dosen di Cibubur. Kita memasuki rumah baru kita yang besar dan luas. Segala barang-barang dari rumah lama sudah dipindahkan seluruhnya ke rumah baru ini.

Aku melihat bagaimana orang tuaku dan adik-adikku menyambut gembira atas limpahan rejeki dan rahmat kepada kita. Di depan mereka Mas Toni merangkul aku dan mencium pipiku yang kusambut dengan sepenuh hangat hatiku. Aku membulatkan tekadku untuk sepenuhnya mengabdi dan mendukung segala usaha dan karier Mas Toni suamiku.
Poker Uang Asli

Post a Comment

0 Comments