Rayuan Nakal Rebbeca


Cerita Dewasa Terbaru - Cerita Mula ketika saya mengikuti test penerimaan karyawan sebuah perusahaan di kota Mataram.Pada hari Sabtu jam 10.20 yang telah ditentukan, saya diinterview pada session terakhir.

"Saudara Joni, silakan" panggil resepsionis cewek itu mengajak saya ke sebuah ruangan.

Di ruangan itu sudah duduk seorang wanita yang cantik, seperti artis mandarin yang ternyata adalah seorang Manager HRD. Memakai setelan hem, dalamnya berwarna putih dan jasnya merah serta dipadu rok mini merah, kulitnya putih bersih karena masih ada keturunan tionghoa. Saya perkirakan umurnya masih muda sekitar 26 tahunan.

"Permisi Bu.."
"Selamat pagi, silakan duduk" sapanya ramah mempersilakan saya duduk di sofa yang cuma dibatasi dengan meja kecil hingga kami saling berhadapan.
"Oh ya, kenalkan saya Rebecca"
"Joni Bu" jawab saya sambil bersalaman dengannya.
"Panggil Mbak aja ya"
"Iya.. Mbak"

Setelah acara tanya jawab mengenai bidang yang saya lamar dan bagaimana tanggapan dari perusahaan, akhirnya sampailah pada pertanyaan yang terakhir.

"Dulu apa pekerjaannya, Joni?" tanya Rebecca sambil menopangkan sebelah kakinya yang putih itu.

Duh cantiknya cewek ini, udah putih, cantik lagi seperti artis Mandarin di Hongkong itu, pikirku. Kuperkirakan tingginya 168 cm/56 kg dengan pinggang yang langsing, pokoknya seksi deh.

"Sampai sekarang sih masih sebagai free guide" jawab saya jujur.
"Maksudnya..?"
"Pemandu tour lepasan untuk turis domestik, begitu"
"Oh gitu, sebetulnya perusahaan ini membutuhkan orang yang berkualitas tinggi"
"Jadi maaf ya, Joni belum bisa memenuhi syarat yang ditentukan perusahaan"
"Nggak apa-apa kok Mbak, saya bisa menerimanya"
"Oh ya, saya cuma sebentar di Lombok ini, kira-kira dua mingguan"
"Maksud Mbak..?" tanya saya nggak ngerti.
"Kalo saya minta Joni menjadi tour guide saya selama dua minggu, berapa biayanya?"
"Terserah Mbak aja, pokoknya ditanggung puas deh jalan-jalan ke pulau Lombok" jawab saya senang, meskipun tidak dapat pekerjaan tapi ada order nih, cantik lagi.
"Besok ya, jam 09.00 di hotel Senggigi Beach, saya tunggu"
"Ya Mbak, pasti saya datang"
"Permisi Mbak"
"Ya, silakan" jawab Mbak Rebecca mengantar saya keluar ruangan.


Tepat jam 09.20 esoknya, saya sampai di hotel Senggigi Beach tempat Mbak Rebecca menginap.

"Selamat pagi Mbak, kamar Mbak Rebecca yang mana ya?" tanya saya pada recepsionis hotel itu.
"Oh, Pak Joni ya, sudah ditunggu di lobi hotel sama Ibu Rebecca"
"Terima kasih Mbak"
"Sama-sama"

Ternyata Mbak Rebecca sudah menunggu di lobi dengan kaos ketat berwarna biru hingga samar-samar kelihatan payudaranya yang masih terbungkus BH menonjol di balik kaos gaulnya dan dipadu celana panjang jins, kelihatannya jauh sekali dari formalitas.

"Maaf Mbak, kelamaan nunggu ya?"
"Nggak apa-apa kok, tapi panggil Rebecca aja ya"
"Ya Mbak.. E.. Eh.. Rebecca"
"Joni, bisa nyopir khan?"
"Bisa.. emangnya kenapa"
"Tadi saya pinjam mobil kantor untuk jalan-jalan"
"Oh, bisa kok Mbak, jadi kita nggak perlu pake taksi"
"Rebecca pengin liat tempat gerabah dulu ya"
"Ya, ayo kita berangkat sekarang" ajak saya sambil menggandeng tangannya, rupanya Rebecca tidak keberatan saya gandeng tanggannya yang putih mulus itu.

Pada jam 09.40 kami berangkat ke desa Banyumulek, tempat gerabah khas Lombok yang luarnya memakai anyaman rotan itu, jaraknya di luar kota Mataram. Setelah sampai, Rebecca membeli beberapa gerabah hingga jam 12.10 dan kami kembali lagi ke Mataram untuk makan siang.

"Terus mau kemana lagi Rebecca?" tanya saya padanya dalam mobil yang akan menuju hotel.
"Temenin saya berenang yuk"
"Ayo, tapi saya nggak bawa baju renang nich"
"Ah, gampang nanti saya beliin, gimana?"
"OK boss"

Maka sampailah kami di hotel Senggigi Beach, ternyata kolam renang tidak begitu ramai dengan orang, cuma ada beberapa bule sedang berjemur.

"Tunggu di sini ya Ndi, saya mau ganti baju dulu" celoteh Rebecca sambil berlalu ke ruang ganti.

Setelah beberapa saat, wow.. Rebecca sudah berganti dengan baju renang yang seksi sekali, berwarna putih selaras dengan kulitnya dan payudaranya menonjol dari balik baju renangnya.

"Ayo Ndi, kok bengong aja" katanya mengagetkan saya dan kami pun berenang di dalam kolam yang cukup besar itu.

Kami berenang sampai jam 17.10 sore dan lalu Rebecca mengajak saya mengakhiri dulu acara renangnya.

"Sampai besok ya Ndi"
"Ya, sampai besok Rebecca" jawab saya sambil menelan ludah karena membayangkan betapa putih dan seksinya Rebecca memakai pakaian renangnya itu.

Beruntung sekali jika saya bisa memeluk atau bahkan making love dengannya. Ah tapi itu cuma angan-angan saya saja. Hari berikutnya saya antar Rebecca ke pemandian alam Suranadi, tempat air awet muda di Narmada, dan beberapa tempat wisata lainnya.

"Kita ke mall yuk" ajak Rebecca sambil menggandeng tangan saya mesra bagai sepasang kekasih saja.
"Ada acara apa nich ke mall?" tanya saya sambil melirik Rebecca yang duduk dengan santai dan seenaknya, bahkan kadang-kadang rok mininya memperlihatkan hampir separuh lebih pahanya yang putih mulus hingga si boy jadi tidak tenang, kapan ya bisa bergesekan dengannya, pasti sedap, pikirku.
"Saya mau beli pakaian atas nich" jawabnya.

Selama sepuluh hari berlalu, kami sudah menjadi akrab sekali. Siang itu Rebecca mengenakan kaos ketat putih bergambar panda yang dipadu dengan rok jins mini berwarna biru dengan sabuknya yang besar, saya tidak tahu apakah ini model baju gaul jaman sekarang atau kreasi Rebecca sendiri. Mall Cilinaya itu sungguh ramai pada saat hari Minggu, hingga saya bisa menggandeng pinggang Rebecca yang ramping itu dan wangi tubuhnya sungguh harum sekali. Rupanya Rebecca tidak keberatan saya peluk pinggangnya. Ini baru lumayan, pelan-pelan ada kesempatan nih, pembaca.

"Kita cari baju yuk" ajaknya ke toko baju dalam mall tersebut.
"Okey.."
"Ini bagus nggak Ndi?" tanyanya sambil memperlihatkan hem merah.
"Bagus juga kok Rebecca, cobain aja" jawabku.
"Iya deh" jawabnya sambil menuju ruang ganti.

Tentu saja saya mengikutinya dan membantu menutup kain tempat mencoba baju itu, namun yang membuat saya berdebar-debar, ternyata ada celah sedikit untuk mengintip ruang ganti itu, mungkin saja Rebecca tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Pertama-tama Rebecca membuka kaos ketat warna putihnya hingga sekarang tampak kelihatan BH warna kuningnya yang sungguh indah, membuat si boy langsung berdiri, kemudian ia mencoba hem merah itu dan ternyata pas sekali dengan bentuk tubuh Rebecca. Setelah cocok dan membayar harganya, saya mengajak Rebecca mencoba naik cidomo (semacam dokar yang ditarik oleh kuda), sedangkan mobil masih diparkir di Mall supaya aman.

"Gimana Rebecca, rasanya naik cidomo?" tanya saya sambil memperhatikan rok mininya yang tadi agak tersingkap pada saat naik cidomo hingga kelihatan sedikit celana dalamnya yang berwarna putih polos. Si boy langsung berdiri hingga celana jins saya jadi sesak.
"Lucu ya, naik cidomo begini"
"Ya, ini namanya kendaraan tradisional khas daerah sini"
"Oh, gitu.."

Setelah bolak balik naik cidomo, kami kembali ke hotel supaya Rebecca bisa beristirahat.

"Ndi, kamu tadi ngintip saya ya?" tanya Rebecca tiba-tiba sambil menatap saya lekat.
"E.. Eh.. Ya.. Nggak sengaja kok" kata saya tergagap-gagap karena kaget bahwa Rebecca tahu tadi saya memperhatikan wilayah pribadinya. Saya pasrah saja kalau akan dimaki atau bahkan diusir.
"Mmh.. Gitu ya"
"Maaf ya Rebecca, saya nggak sengaja kok, kalo Rebecca nggak suka saya bisa pergi sekarang kok" jawab saya sambil akan meninggalkannya.
"Tunggu.. Ndi, sebetulnya Rebecca nggak apa-apa kok"
"Terima kasih kalo begitu" jawab saya yang tidak jadi meninggalkannya, bahkan sempat duduk di hadapannya kembali.
"Gimana badannya Rebecca?" tanyanya lagi dengan antusias.

Wah ada kesempatan lagi, saya ingin berusaha membujuk Rebecca supaya mau making love dengan saya siang ini, paling-paling ditolak atau diusir, itu resikonya.

"Seksi sekali" jawabku.
"Yang bener" tanyanya memastikan.
"Abis bodinya Rebecca seksi sich, rajin fitness ya"
"Iya, ini akibat latihan fitness"
"Ndi, masuk kamar yuk, soalnya panas di luar" ajak Rebecca tiba-tiba sambil menggandeng tangan saya masuk kamar kelas VIP itu, sungguh kamar yang bagus sekali.

Tiba-tiba HP Rebecca berdering, dan Rebecca  menjawab HP-nya sambil duduk di sofa. Wow, sekarang dengan jelas sekali kelihatan CD-nya yang berwarna putih karena duduknya yang agak membuka kedua pahanya itu. Sungguh pemandangan yang indah sekali. Setelah Rebecca menutup HP-nya, Rebecca menatap saya dengan pandangan yang lain.

"Ada apa Rebecca?" tanya saya sambil duduk di sampingnya.
"Mungkin satu atau dua hari lagi saya kembali ke Jakarta" jawabnya sambil menyandarkan kepalanya pada pundak saya.
"Lho, kok cepat sekali" tanya saya sambil mengelus pundak kirinya pelan.
"Biasa, panggilan dari bos besar.." jawabya sambil mengusap-ngusap paha kiri saya dengan mesra.
"Gimana kalo sekarang, Joni kasih hadiah"
"Hadiah apa, pasti asyik nih?" celoteh Rebecca penasaran sambil menatap saya serius.
"Gimana, kalo hadiahnya berupa ciuman"
"Hush, ngawur kamu, khan udah kukasih liat" celotehnya sambil nyengir.
"Lho, ini khan ada rasanya" jawab saya nggak mau kalah sambil tangan kanan saya mengusap-usap pipinya yang putih mulus.
"Geli tau.." tolaknya manja.
"Lama-lama enak kok" rayu saya sambil mencium lehernya, bahkan menjilatinya sedikit demi sedikit supaya Rebecca merasakan rangsangan.
"Jang.. An.. Ndi.. Kamu.. Nakal.." sentak Rebecca sambil mendorong tubuh saya, namun dorongannya malah membuat kami berdua jatuh ke sofa dengan posisi saya menindih Rebecca.

Kesempatan itu tak saya sia-siakan karena langsung saja saya cium bibirnya yang merah basah. Beberapa saat Rebecca masih memberontak lemah dan pergumulan itu semakin membuat tangan kanan saya menekan-nekan payudaranya yang masih terbungkus kaos dan tangan kiri saya memegang kepalanya.

"Mmh.." guman Rebecca karena mulutnya penuh oleh lidah saya yang berusaha membelitnya dan kembali ke lehernya yang putih bersih, terus menjilatinya dengan gemas.
"Sst.. Jann.. Ngan.. Sst.." celotehan dan sedikit rintihan Rebecca membuat saya tahu bawah Rebecca sekarang agak terangsang, dan perlawanannya sudah mulai semakin lemah.
"Aduh.. Sst.. Ndi.. Pelan-pelan.." rintihnya sambil memegang tangan saya yang sedang meremas payudaranya.


Tangan saya kembali bergerilya ke bawah punggungnya, dan berusaha melepas BH putihnya hingga akhirnya lepas juga. Dengan tiba-tiba BH itu disentak oleh Rebecca sendiri hingga lepas ke lantai dan menarik kaosnya hingga ke atas. Tampak jelas payudaranya yang putih mulus dengan putingnya yang sudah berdiri kencang.

"Ndi.. Pakai kondom ya..?" pinta Rebecca sambil meraba-raba si boy dengan pelan.
"Ya Rebecca.." jawab saya sambil membuka kondom yang sudah saya persiapkan dari tadi. Rebecca sekarang sudah melepas kaos ketatnya hingga tinggal tersisa rok mini dan CD putihnya.
"Tunggu Rebecca, biar saya saja yang nanti melepasnya" cegah saya saat melihatnya akan membuka roknya, dan sekarang saya juga sudah membuka pakaian dan celana panjang hingga bugil tinggal tersisa CD saja.
"Ini rahasia kita berdua lho" bisik Rebecca sambil menatap saya tajam dan saya lihat di matanya ada keinginan yang terpendam dan sudah lama tak tersalurkan.
"Oke boss.." jawab saya sambil menciumnya dengan hangat dan disambut dengan gemas oleh Rebecca, bahkan tangan saya dengan bebas meremas payudaranya yang kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian ciuman saya turun ke payudaranya dan melumatnya, menghisap bahkan menggigit putingnya hingga Rebecca merintih. Itu saya lakukan selama beberapa menit.
"Sst.. mmh.. terus.. sst.. ke bawah.. dikit.. sst.." pinta Rebecca sambil merintih tidak karuan sambil mendorong kepala saya memintaku mencium dan menjilat pusarnya.

Tangan kanan saya juga aktif merayap pada pahanya dan semakin naik ke bawah hingga masuk ke dalam roknya dan menyentuh vaginanya yang terbungkus CD. Saya usap-usap beberapa menit, kemudian tangan saya masukkan ke dalam CD putihnya dan mengorek-ngorek lubang vaginanya hingga mengeluarkan cairan.

"Sst.. Ndi.. Aduh.. Geli.. Sst.." rintih Rebecca sambil berusaha membuka roknya. Karena birahinya sudah cukup tinggi, saya bantu untuk membuka rok beserta CD-nya hingga Rebecca  bugil sama sekali dan kelihatan bodinya yang padat dan montok.
"Ayo Ndi, buka juga dong, kok bengong.." pinta Rebecca tidak sabar sambil membuka CD saya dan keluarlah si boy dengan tegaknya. Rebecca sampai tercengang melihat si boy yang agak bengkok ini.

Bagaimana saya tidak bengong melihat cewek cantik putih mulus dan seksi di hadapan saya dengan ukuran payudara 34B ini. Kami sama-sama bugil sekarang dan saya mengambil posisi agak berjongkok untuk menghisap vaginanya yang ditumbuhi bulu halus dan tercukur rapi, sedangkan Rebecca tiduran di sofa sambil membuka pahanya agak lebar.

"Lho, kok bengong" tanya Rebecca sambil membimbing kepalaku agar lebih dekat pada vaginanya.
"Ehh.." jawabku kaget tapi cuma sesaat karena berikutnya, vaginanya sudah saya jilat, yang pada awalnya baru pada bibir vagina dan lama-kelamaan pada lubang vaginanya mencari biji kacangnya serta menghisapnya lebih keras, bahkan bulu-bulu halusnya juga ikut tersapu dengan jilatan dan hisapan saya.
"Sst.. Oh.. Yes.. Sst.. Mmh.." rintih Rebecca panjang sambil menggerakkan pinggulnya ke atas sampai wajah saya terbenam semua dalam permukaan vaginanya. Sementara tangan kiri saya meremas-remas payudaranya silih berganti dengan dibantu tangan Rebecca sendiri.
"Sst.. Teru.. Ss.. Ndi.. Sstss.. Mmh.. Sst.. Saya.. Kelu.. Ar.. Arkh.." jerit Rebecca karena dengan tiba-tiba menjepit kepala saya dengan kedua pahanya.

Rupanya Rebecca telah mengalami orgasmenya yang pertama karena saya tahu begitu banyak cairannya yang keluar.

"Rebecca, mau nggak isep si boy?" tanya saya menghentikan gerakan menghisap cairan vaginanya sambil menyodorkan si boy padanya.
"Mmh.. Gimana ya, Rebecca belum pernah tuch" jawabnya sangsi karena mungkin Rebecca memang belum pernah menghisap kemaluan cowok.
"Gini, kuajarin, Rebecca lumat aja dan jilat dulu kepalanya ya" bujuk saya sambil membimbing Rebecca duduk di sofa dan saya berdiri di hadapannya mengulurkan kontol. Tangan kanannya saya arahkan untuk memegang kontol saya dan memintanya mengocok pelan.
"Begini ya..?" tanya Rebecca sambil mengocok kontol saya pelan dan mengurutnya hingga si boy semakin keras saja.

Rupanya si Rebecca cepat belajarnya, dan saya semakin menikmatinya.

"Bagus.. Sekarang kulum Rebecca.. Sst.. Ya.. Gitu.." pinta saya lirih karena dengan cepatnya Rebecca mengulum kepala kontol saya dan semakin lama semakin ke dalam hingga kontol saya sampai masuk semua pada mulutnya, bahkan kadang-kadang tanpa diminta, Rebecca menjilati buah zakar saya tanpa jijik dan kembali mengulum dan menghisap kontol saya dengan irama yang kadang cepat kadang pelan.
"Sst.. Udah Rebecca.. Cukup.." pinta saya karena sudah tidak kuat menahan hisapan Rebecca yang semakin lama se makin liar saja.
"Ayo Ndi, Rebecca udah nggak tahan nich.." jawab Rebecca sambil memasangkan kondom pada kontol saya.

Kemudian Rebecca rebah telentang lagi di sofa dengan masih memegang kontolku yang sudah memakai kondom dan mengarahkannya pada bibir vaginanya. Kontol saya gesek-gesekkan dulu pada bibir vaginanya untuk pemanasan hingga membuat Rebecca mendesis kegelian.

"Sst.. Geli.. Ndi.. Udah masukin aja.."
"Auwh.. Sst.. Pelan.. Sst.." jerit Rebecca karena kepala kontol saya sudah masuk setengah pada vaginanya dan akhirnya masuk semua dalam vaginanya.
"Sst.. Aduh.. Mmh.. Sstss.." rintih Rebecca begitu kontol saya masuk semua dan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan. Saya juga memompa kontol saya keluar masuk vaginanya dengan perlahan dan semakin lama makin cepat.
"Sst.. Ndi.. Mmh.. Sst.. Ce.. Petan.. Sst.." pinta Rebecca pada saya karena saya memperlambat sodokan kontol saya.
"Mmh.. Nah.. Gitu.. Ter.. Us.. Ssttss.."
"Rebecca.. En.. Ak.. Nggak.. Sst..?" tanya saya tersengal-sengal karena Rebecca semakin aktif memutar-mutar pinggulnya, bahkan tangan kanannya memegang pantat saya dan menekannya dengan keras hingga kontol saya semakin dalam masuk ke vaginanya.
"Sstss.. Enak.. Ndi.. Sstt.." jawabnya lirih karena kedua tangan saya silih berganti meremas payudaranya yang kadang-kadang saya isap puting susunya bergantian.
"Sstssrtt.. Udah.. Ndi.. Kelu.. Arin.. Samaan.. Sst.." pinta Rebecca yang rupanya sudah tidak tahan pada sodokan kontol saya yang keluar masuk makin cepat diimbangi pula dengan cepatnya goyangan pinggul Rebecca.
"I.. Ya.. Rebecca .. Sst.." desis saya lirih karena saya dengan kuat juga diputar-diputar oleh pinggul Rebecca yang kencang itu hingga kontol saya rasanya senut-senut dijepit oleh vaginanya.

Beberapa puluh menit saya dan Rebecca melakukan making love itu dengan bersemangat hingga kepala Rebecca menoleh ke kiri-ke kanan tak beraturan. Rupanya pertahanan saya sudah akan bobol dan akhirnya saya memberi aba-aba pada Rebecca disertai dengan pelukan Rebecca yang makin kencang.

"Sst.. Ayo.. Rebecca.. Sst.."
"Ssrtrrsst.. Arkhkk.." jerit Rebecca melengking sambil menjepit kontol saya dengan erat, disertai sodokan kontolku yang makin cepat dan akhirnya..

Crot.. croot.. croot.. Tiga kali tembakan saya muntahkan dalam vaginanya tapi masih di dalam kondom. Rebecca akhirnya lunglai sambil memeluk saya dengan hangat.

"Hahh.. Lega rasanya.."
"Gimana rasanya Rebecca?" tanya saya sambil membelai rambutnya yang harum itu.
"Enak gila" jawabnya sambil tersenyum.

Selama dua hari, sejak kejadian itu saya sering melakukan making love dengan Rebecca, bahkan sering Rebecca yang memulai lebih dulu. Akhirnya pada hari terakhir saya mengantar Rebecca ke bandara Selaparang. Hari masih pagi kira-kira jam 05.25, karena pesawatnya akan berangkat jam 07.00. Mungkin Rebecca masih ingin curhat pada saya mengenai beberapa hal.

"Wah, masih sepi ya.."
"Iya Rebecca, baru kita aja yang datang, tapi nggak apalah, kita khan bisa ngobrol" jawab saya santai.
"Iya, ya"

Pagi itu Rebecca mengenakan hem yang baru dibelinya dan dipadu dengan rok jins mini kesukaannya yang berwarna putih. Setelah mengobrol sekitar lima belas menit, Rebecca kelihatannya gelisah dan mengajak saya ke toilet wanita.

"Saya tunggu di sini ya"
"Udah ayo masuk, mumpung nggak ada orang" pinta Rebecca sambil menggandeng tangan saya masuk ke toilet wanita itu.

Lalu kami masuk ke kamar mandi di pojok yang kosong. Gila juga Rebecca, nanti kalau ada yang tahu bagaimana, pikirku. Belum sempat saya berpikir panjang, Rebecca sudah melepas celana dalamnya yang berwarna merah dan mendorong saya duduk di atas toilet modern itu.

"Eh.. Rebecca.. Gimana kalo ada orang nich" jawab saya bingung, tapi akhirnya saya lepas juga celana jins beserta CD saya hingga si boy nongol dengan tegaknya.
"Sst.. Udah diam aja kamu" jawab Rebecca sambil meremas kontol saya hingga tegak sempurna.
"Tapi belum pake kondom nich"
"Nggak usah, Rebecca pengin yang original, ayo.." pintanya sambil mengarahkan kontol saya pada vaginanya.

Saya juga membantunya dengan memegang pantatnya hingga masuk semua kontol saya pada vaginanya. Posisi saya yang duduk memangku Rebecca dan Rebecca berhadapan dengan saya mengakibatkan tekanan vaginanya lebih terasa.

"Sst.. Ndi.. Ayo.. Cepetan.. Sst.."
"Iya.." jawab saya sambil dengan cepat menyodokkan kontol keluar masuk vaginanya.

Untung saja pagi itu belum ramai oleh penumpang dan toilet itu belum ada yang mendatanginya hingga Rebecca dan saya bisa making love dengan nikmat yang bercampur dengan perasaan berdebar-debar.

"Sst.. Sayang.. Cepet.. Ssrrtt.." rintih Rebecca sambil menggoyang pinggulnya dengan liar.
"Sst.. Mmhmm.. Ssrttss.." desisnya.
"Rebecca.. Sst.." desis saya lirih sambil tangan saya melepas kancing hemnya dan masuk ke dalam BH-nya serta meremas payudaranya dengan pelan, bahkan kadang-kadang saya cium juga bibirnya yang merah basah dengan gemas, yang dibalasnya dengan ciuman yang liar juga.
"Ssrtss.. Ssttrtss.." rintih Rebecca pelan sambil mempercepat goyangan pinggulnya.

Dan akhirnya kegiatan yang berlangsung kurang lebih 40 menit itu saya akhiri dengan mempercepat sodokan kontol saya dengan cepat hingga akhirnya muncratlah lahar putih saya dalam vaginanya dengan keras tanpa penghalang kondom.

"Sst.. Arkhkk.." jerit Rebecca sambil memeluk saya dengan erat karena bersamaan dengan keluarnya lahar putih saya, juga keluar lahar putih dari Rebecca. Hingga beberapa saat saya dan Rebecca masih menikmati sensasi itu dengan berciuman lembut.
"Trim's ya Ndi.."
"Sama-sama Rebecca, kapan-kapan main-main ke Lombok lagi ya" jawab saya sambil membereskan celana dan baju, begitu pula dengan Rebecca yang mengganti celana dalamnya dengan yang berwarna hijau lumut.

Setelah rapi, saya dan Rebecca keluar toilet untuk mengobrol lagi menunggu pesawat yang masih belum berangkat juga. Beberapa saat kemudian baru Rebecca berangkat ke Jakarta dengan membawa dan meninggalkan sejuta kenangan. Selamat jalan Rebecca, terima kasih atas amplop dan kenangannya serta ijinmu agar saya bisa mengirimkan cerita pengalaman kita berdua ini, salam sayang dari sahabatmu Joni. Jangan lupa ya kirim komentarmu atas cerita saya ini.

Post a Comment

0 Comments